Bismillahirrahmanirrahim
Kenapa sih kamu mau menjadi seorang guru?
Pertanyaan pemantik yang membuat saya kembali mengingat perjuangan panjang saya untuk menjadi seorang guru. Sejak kecil jika ditanya tentang cita-cita, maka saya dengan lantang akan menjawab "Guru", tetapi rupanya Allah menyuruh saya untuk sedikit lebih bersabar dalam mencapai cita tersebut.
Perjalanan Panjang Menjadi Seorang Guru
Sejak kecil cita-cita saya memang menjadi seorang guru, tidak pernah berubah. Tapi jiwa kewirausahaan saya---jiwa ingin bekerja saya selepas sekolah juga sama kuatnya, sejak SD saya memang selalu membantu keuangan keluarga dengan berjualan. Maka saat penentuan untuk masuk Sekolah Menengah Atas, saya dibuat galau karena keinginan untuk masuk di Sekolah Kejuruan juga sama besarnya.
Ternyata jiwa saya menginginkan untuk kerja terlebih dahulu, sehingga pilihan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang akhirnya menjadi pilihan utama saya saat itu untuk melanjutkan sekolah. Sayangnya, saat memasuki SMK saya baru sadar kalau hal itu ternyata bisa mengubur cita-cita saya, apalagi jurusan SMK yang saya ambil sangat bertolak belakang dengan profesi Guru.
Saya sempat ingin pindah sekolah saat itu, tapi mengingat perjuangan orang tua yang tidak mudah untuk menyekolahkan saya di salah satu SMK dengan biaya masuk dan SPP yang mahal di Makassar---bayangkan di tahun 2008, biaya masuk sekolah itu sudah 5 juta, dengan SPP 300 ribu/bulan. Maka saya akhirnya menguatkan diri, sebagaimana orang tua saya menguatkan diri untuk menyekolahkan saya. Di SMK saya juga masih sempat untuk membantu keuangan keluarga dengan membuka jasa laundry baju praktek yang saat itu dibayar 15ribu/baju.
Setelah lulus SMK, cita-cita mejadi seorang guru masih membara, ternyata hal itu di dukung karena saat itu saya bisa mengambil paket IPC saat pendaftaran SNMPTN, maka saya meminta keridhoan orang tua saya agar bisa menyelipkan jurusan guru. Maka terseliblah PGSD diantara 3 pilihan jurusan yang saya ambil saat itu. Ada rasa pesimis tidak akan lolos karena sebelumnya saya sempat mendaftar di program D3 pemerintah yang sesuai dengan jurusan saya dan dinyatakan tidak lolos, hehehe.
Apalagi sehari sebelum tes dilakukan saya masih sibuk kerja dan pulang di jam 10 malam, lalu berangkat tes pagi-pagi buta---maka saya sama sekali tidak punya harapan untuk bisa lolos SNMPTN saat itu. Tapi saya selalu berdoa untuk diberikan hasil yang terbaik---toh saat itu saya tidak terlalu berharap untuk kuliah karena saya saat itu sudah mempunyai pekerjaan tetap, inilah enaknya menjadi lulusan SMK karena saya bisa betul-betul bekerja setelah lulus sekolah.
Ternyata Allah mendengar doa saya, rupanya saya lulus di pilihan PGSD yang merupakan pilihan kedua saya saat itu. Saat itu saya setengah tidak percaya dan setengah beryukur luar biasa "Allah ingin saya menjadi seorang guru" batinku saat itu.
Kuliah di UNM PGSD saat itu saya jalani sambil tetap bekerja. Saya kuliah dari pagi sampai siang, sore jam 4 sampai 10 malam masuk kerja sesuai dengan jurusan SMK yang kumiliki. Kerja dan kuliah ini kujalani sampai semester 3---sampai kesehatan saya menurun, hehehe. Saat itu saya sampai beberapa kali pingsan di kampus. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti kerja dan fokus kuliah saja.
Di semester 5, Alhamdulillah ada seorang tetangga yang menawari saya untuk menjadi guru privat anaknya, maka sejak saat itu kerjaan saya berubah menjadi seorang guru privat baik secara mandiri maupun menjadi guru les privat di beberapa lembaga. Alhamdulillah gaji dari guru privat sangat menjanjikan.
Menjadi PNS dengan Jurusan SMK
Di tahun 2014, saat itu saya sedang berada di Kabupaten Bantaeng menjalani KKN, ada pengumuman pandaftaran CPNS dan ternyata jurusan SMK yang saya punya memiliki beberapa formasi di beberapa Kabupaten. Mama dan Kakak sepupu saya membujuk saya untuk melakukan pendaftaran---saya sendiri berat mendaftar karena mengingat sebentar lagi saya akan lulus kuliah, tapi mama dan Kakak sepupu saya berpendapat tidak masalah, jadikan pengalaman saja, lulus Alhamdulillah, tidak lulus jadi pengalaman untuk pendaftaran di tahun selanjutnya---kebetulan di tahun 2014 itu adalah saat pertama kalinya sistem CAT diberlakukan.
Saya akhirnya meminta izin untuk pulang ke Makassar beberapa hari untuk mempersiapkan pendaftaran yang saat itu sudah dilakukan secara online tetapi juga masih harus mengirimkan berkas fisik ke BKD. Pengiriman berkas saat itu saya hanya kirim lewat POS---saya sama sekali tidak berharap untuk lulus.
Saat pelaksanaan tes dengan sistem CAT, saya saat itu sedang melaksanakan PPL di salah satau sekolah dasar negeri di Makassar, untungnya saat pelaksanaan CAT itu, anak-anak sedang melaksanakan jambore perkemahan jadi saya memang tidak mengajar dan hanya mendampingi anak-anak berkemah. Tes saya dilaksanakan di hari Sabtu pagi jam 7. Saat itu nilai langsung keluar dan Alhamdulillah ternyata nilai saya saat itu yang paling tinggi di sesi yang saya ikuti. Kalau tidak salah ingat total nilai saya TIU, TWK dan TKP yaitu 398--nilai skor yang lumayan tinggi dan paling tinggi di sesi saya saat itu. Ada optimisme untuk lulus saat itu karena nilai tersebut.
Di bulan Januari 2015 pengumuman CPNS dan Alhamdulillah saya memang dinyatakan lulus---saat itu saya sudah disibukkan dengan penyusunan skripsi. Di bulan Februari 2015, saya harus pemberkasan ulang untuk penetapan NIP. Saya ditemani Bapak untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat--tempat saya akhirnya mengabdi hingga hari ini.
Skripsi saya akhirnya harus tertunda karena sibuk pemberkasan---di Bulan Maret 2015 SK CPNS saya keluar dan mengharuskan saya untuk kembali ke Mamasa untuk mengurus banyak hal termasuk mencari tempat tinggal selama di sana. Maka sejak saat itu saya sudah melupakan skripsi saya. Saya merasa sudah menjadi wanita yang bekerja secara penuh bukan lagi menjadi mahasiswa. Saat itu saya juga akhirnya pindah domisili. Melanjutkan kuliah tidak lagi memungkinkan---bahkan saat itu saya berpikir bahwa saya tidak akan pernah bisa melanjutkan skripsi saya karena jarak 350 km Mamasa-Makassar yang panjang.
Melanjutkan Skripsi yang Tertunda
Barulah di tahun 2018 awal--di bulan Januari, karena saat itu saya sudah masuk daftar mahasiswa DO, Pak Suami meyakinkan saya agar bisa melanjutkan kuliah. Bapak yang memang di Makassar saya suruh untuk menghadap ke kampus dan bertanya apakah saya masih memungkinkan untuk melanjutkan skripsi. Alhamdulillah kampus memberi lampu hijau.
Pak suami menghadap ke BKD dan ternyata saya juga diberikan izin untuk melajutkan kuliah. Akhirnya dengan bismillah saya melanjutkan kembali kuliah/skripsi saya yang sempat tertunda selama 3 tahun, hehehe. Konsikuensinya saya harus menitipkan anak saya di Makassar karena tidak memungkinkan untuk terus membawanya pulang balik Mamasa-Makassar.
Saya mulai kuliah kembali dengan melanjutkan penyusunan skripsi di bulan Januari 2018, saat itu saya sampai di tahap seminar proposal--di tahun 2015 yang lalu saya belum sempat sempro. Lalu melanjutkan penelitian di sekolah Kakak Ipar saya di Gowa---ini saya lakukan dengan terus bolak balik Mamasa-Makassar karena saya juga masih harus berkerja di Mamasa---bayangkan bagaimana lelahnya saya saat itu, heheh.
Di bulan Mei, Qadarallah dan Alhamdulillah saya hamil, hehehe---bingung juga kenapa saat itu saya bisa hamil di tengah perjalanan panjang Mamasa-Makassar yang kadang saya tempuh menggunakan motor, bahkan di bulan itu saya sempat kecelakaan di Kabupaten Pinrang. Di bulan yang sama motor yang selama ini saya dan Pak Suami pakai pulang pergi Mamasa-Makassar kecurian, hehehe. Jadilah selama 3 bulan (Mei-Juli) saya tidak pulang ke Makassar dan hanya fokus kerja di Mamasa---ini juga untuk menjaga kandungan saya sampai setidaknya 3 bulan untuk bisa dibawa pulang balik Mamasa-Makassar kembali.
Di bulan Juli, setelah hiatus selama 3 bulan, saya baru kembali mendatangi pembimbing skripsi saya dan tahu apa perkataan pertamanya saat melihat saya setelah menghilang selama 3 bulan "Kenapa tidak sekalian Agustus baru kamu datang?" ini adalah pertanyaan ungkapan emosinya sama saya si mahasiswa tingkat akhir yang mau di DO tapi santai sekali menyelesaikan skripsi, hehehe.
Di bulan Juli itu, dengan bantuan pembimbing yang Alhamdulillah sangat memudahkan saya, saya melakukan seminar hasil dan seminggu kemudian dilanjutkan dengan Ujian Tutup. Di hari yang sama dengan Ujian Tutup saya langsung di yudisium dan mendaftar wisuda, hehehe. Di bulan Agustus 2018 Alhamdulillah saya resmi di wisuda dalam kondisi hamil 4 bulan Adek Fayyad, Masyaa Allah.
Ujian Penyesuaian Ijazah
Setelah mendapatkan ijasah S1, tidak serta merta saya langsung bisa beralih profesi, saya yang seorang PNS harus ikut penyesuaian ijazah, saat itu saya baru saja melahirkan anak kedua saya di tahun 2019. Belum 40 hari dia harus di bawa ke Mamasa, lalu dari Mamasa ke Mamuju---Ibukota Provinsi Sulawesi Barat karena saya mengikuti Ujian Penyesuaian Ijazah. Alhamdulillah perjuangan itu berkahir manis dengan terbitnya sertifikat Penyesuaian Ijazah yang akhirnya bisa saya gunakan untuk mengejar cita-cita saya menjadi seorang guru.
Mengejar Cita: SK Fungsional Guru
Setelah SK penyesuaian ijazah saya terbit, saya tidak langsung bisa mengajar karena harus mengejar SK Fungsional Guru. Di tahun 2021 lah SK Fungsional guru itu saya dapatkan dengan perjuangan yang sangat panjang. Di tahun yang sama, saya pertama kalinya bisa merasakan menjadi seorang guru dan diamanahkan menjadi wali kelas 3 di SDN 003 BALLA---setelah sebelumnya saya menjadi staff di sekolah tersebut.
Bangga Menjadi Seorang Guru
Alhamdulillah sekarang adalah tahun ketiga saya menjalani profesi impian ini. Perjalanan yang masih amat pendek memang. Tapi sejak mengembang amanah sebagai "Bu Guru" saya sudah punya komitmen yang besar untuk terus belajar dan belajar untuk mengejar ketertinggalan saya dalam banyak hal.
Lalu apa yang membuatmu bangga menjadi seorang guru?
Mungkin lebih tepatnya, "Siapa" yang membuatmu bangga menjadi seorang guru? Dan jawabannya adalah ... Mereka---anak-anak didik yang kumiliki. Mereka yang memanggil saya dengan sebutan "Bu Guru". Mereka yang senantiasa menanti kedatangan saya di depan kelas. Mereka yang memiliki hati seluas samudera.
Mereka yang membuat saya terus berbenah diri. Mereka yang menjadi sumber kebahagiaan saya di sekolah. Ahh ... Saya selalu merasa terharu jika berbicara dengan mereka. Saya bukan sosok guru yang sempurna, tetapi satu hal yang dapat kupastikan bahwa saya adalah sosok guru yang akan terus belajar untuk memberikan sejuta kebermanfaatan terutama untuk mereka, bersedia untuk terus berkembang bersama dengan mereka. Hingga akhirnya kelak mereka bisa menjadi apa yang mereka inginkan dengan cara yang terbaik dan akhirnya turut memberikan kebermanfaatan bagi sesama.
Posting Komentar